5 Alasan Komunitas Rumah Mungil Cocok Untuk Indonesia


Komunitas rumah mungil atau Tiny House Community memang di populerkan di luar negeri, khususnya negara negara barat. Namun sesungguhnya budaya budaya yang dikenalkan sangat dekat dengan budaya ketimuran di Indonesia. Berikut beberapa alasannya.


1. Budaya Tinggal Berkelompok

Salah satu masyarakat yang sangat senang tinggal berkelompok adalah masyarakat madura. Tanean Lanjhang adalah pemukiman tradisional Madura yang merupakan kumpulan rumah rumah pribadi keluarga yang terikat (dalam satu keluarga besar) Terbentuknya dimulai dari rumah induk yang disebut Tonghuh. Thonghuh adalah rumah leluhur yang dilengkapi langgar, kandang, dan dapur.


Dalam konsep komunitas rumah mungil, kecilnya ukuran masing masing rumah, menyebabkan tersisanya banyak ruang luar yang dapat digunakan sebagai ruang komunal, meski dengan design tertentu, masing masing lot/kavling harus tetap memiliki batas non- visual agar tidak terjadi tumpang tinding batas yang dapat menjadi masalah. Namun segi positifnya, meski nantinya tidak selalu ditinggali oleh sebuah keluarga besar, kedekatan masing masing keluarga akan lebih baik ketimbang konsep rumah individual yang ada saat ini. 

2. Budaya Membangun Rumah Bersama Sama


Sejak dahulu, Masyarakat Suku Kodi, Nusa Tenggara Timur, memiliki adat membangun rumah bersama sama masyarakat kampung. Sebelum membangun rumah, diadakan musyawarah warga kampung diwal tahun.Kemudia calon pemilik rumah akan mengumpulkan bahan bahan hingga tengah tahun, lalu melakukan upacara adat meminta restu Merapu sebelum melakukan pembangunan rumah secara bergotong royong. (sumber)

Dalam aplikasinya pada komunitas rumah mungil, selain membeli langsung dari kontraktor penyedia rumah mungil, atau membangun menggunakan tukang kayu, anda dapat mempertimbangkan meluangkan waktu bersama teman teman atau keluarga anda yang sevisi, untuk membangun rumah impian anda. Tentunya anda harus menyediakan waktu juga untuk membangun rumah anggota komunitas yang lain. Jika anda berminat, anda dapat bergabung pada channel telegram http://t.me/TinyHouseIndo . Disini kita akan membahas banyak hal mulai pemilihan lahan, design, dan sistem pembangunan. Dan tentu saja, siapa tahu ada yang memiliki minat yang sama didekat anda, anda dapat mulai merencakan komunitas lokal anda. 

3. Kebutuhan Akan Rumah Tahan Gempa


Seperti yang kita tahu, Indonesia adalah negara yang berada di ring of fire (Cincin Api) Pasifik. Sekitar 90% dari 81% gempa besar terjadi di sepanjang 40.000 km cincin ini (sumber) menyebabkan Indonesia sebenarnya kurang begitu cocok menggunakan struktur rigid yang biasa digunakan rumah rumah konvensional. Berbeda dengan konsep rumah mungil yang banyak menggunakan kayu, kemampuan struktur rigid konvensional cukup berbahaya jika terjadi gempa. Contohnya pada gempa 7,0 skala richter tahun 2007 yang terjadi di Bengkulu, rumah kayu atau biday lebih aman, sedangkan rumah konvensional dari tembok dan beton rata rata ambruk atau retak retak. (sumber)

Komentar

Postingan Populer